Sebuah Kisah pincang
Ku awali dengan prolog menggambarkan isi
Lalu ku lanjutkan dengan bagian pengenalan diri
Sebuah isi yang bermula baik - baik saja
Seketika pincang di tengah konflik yang mendera
Tangan seakan kelu untuk menulis kata - kata, pikiran buntu atas banyaknya derita.
Epilog yang sudah dalam bayangan
Seketika hancur oleh konflik yang menjadi kenyataan, ini tentang perpisahan oleh dua insan yang awalnya saling berpegangan tangan.
Ini bukan tentang aku bukan pula tentang kamu! Tapi ini tentang mereka yang telah lama menjadi pasangan.
Aku menyaksikannya
Sebuah ucapan sakral keluar dari mulutnya
Aku yang mendengar aku pula yang merasa derita.
Ini adalah sebuah cerita pincang
Yang entah kembali normal atau bahkan cacat permanen
Aku diam menyaksikan
Menunggu akhir yang datang entah kapan
Aku menulikan pendengaran
Omongan yang bisa melukai gendang telinga
Membuat hati berdarah tersayat luka!
Komentar
Posting Komentar